Kisah Nyata "Bencana Membawa Prempuan Itu Pulang" #2


air mampu mencapai pekarangan Istana Negara, sebuah peristiwa yang jarang terjadi.
  Ketika banjir itu terjadi, sakit yang diderita Indri berada di puncak kesakitannya. Malangnya lagi, malam itu dia sendirian dirumahnya di sebuah kawasan elit di Jakarta Utara. Pembantu yang selama ini melayaninya sudah dua hari ijin untuk pulang mudik untu keperluan keluarga selama seminggu.

  Mungkin sudah rencana Allah, Indri harus menghadapi peristiwa ini seorang diri. Hari itu hujan turun sangat deras. Saar itu pukul delapan malam. Indri meringis kesakitan meratapi penyakitnya. Nampak dari jendela rumahnya air secara perlahan masuk ke garasi mobilnya sedikit demi sedikit. Tak disangkanya, ketika dia keluar bergegas untuk melihat keadaan, air di garasi sudah mencapai mata kakinya. Bahkan sebagian air sudah masuk pintu depan rumahnya, sementara hujan deras belum juga mau berhenti.

  Saat itulah dia terhenyak. Ia sadar bahwa banjir yang selama ini dikirannya mustahil datang kerumahnya akan segera terjadi.

  Sambil meringis, dia mencoba menghubungi semua teman-temannya untuk meminta pertolongan, namun semua temannya tidak ada yang sanggup menolongnya, karena jalan menuju rumahnya sudah tertutup banjir.

  Mendengar jawaban teman-temannya, Indri semakin panik. Ia tidak mampu menahan kepedihan dan keseihan hatinya. Pada saat itu, yang dapat dia pikirkan hanyalah menyelamatkan savety box, tempat dia menyimpan semua file, surat-surat berharga dan perhiasaannya. Namun sayang, safety box itu tidak cukup ringan untuk diangkat oleh dirinya, apalagi dalam keadaan sakit seperti itu.

  Untunglah pada saat kepanikannya memuncak, seorang satpam yang sedang mengevakuasi warga lewat di samping rumahnya. Keduanya kemudian berusaha menyelamatkan safety box itu. Ia juga tidak lupa mengambil beberapa baju yang sempat diambil dari lemari menuju loteng. Dari loteng dia melihat bagaimana air dengan sangat cepat masuk ke rumahnya. Satu persatu semua barang yang ada di rumahnya tenggelam.

  Diiringi hujan yang sangat eras sambil menangis dia menatap dan mulai teringat semua peristiwa yang telah dilakukannya selama ini, seolah projector film sedang diputar di depan matanya. Dia teringa ibunya, maksiatnya, judinya, mabuknya dan banyak hal yang sangat dimurkai Allah . Perempuan  itu sempat bergumam dalam hari, “Inikah azab Mu ya Allah ? agar aku kembali ke jala Mu ? “

  Dalam kepekatan gelapnya malam karena semua listrik dimatikan, di tengah kesendiriannya di kamar pembantu loteng rumahnya, dia mengambil hand phone dan mulai menekan nomer tertentu. Sambil menangis tersedu, dia berkata, “ ibu maafkan segala kesalahanku. “

  Keesokan harinya Indri pulang ke rumah ibunya untuk mengungsi sekaligus hijrah dan bersilaturahmi kepada ibunya. Ia meminta maaf atas segala kesalahan dan rasa dendam yang selama ini ia pendam kepada perempuan renta yang patutnya ia hormati itu. Semoga cerita ini menjadi pelajaran bagi kita semua . Amiin (Budi Wariadhana) dikutip dari majalah Hidayah edisi (79)



Hanya seorang siswa yang mencari kegiatan bermanfaat dari pada menghambur-hamburkan uang untuk kegiatan yang tidak jelas dan tidak bermanfaat


EmoticonEmoticon