Kisah Nyata "Bencana Membawa Prempuan Itu Pulang" #1


  Ibu adalah manusia yang paling berhak untuk kita hormati dan kita sayangi. Bukan hanya karena lewat rahimnya saja kita hadir di muka bumi ini.  Tetapi karena dialah manusia yang paling tulus menyayangi kita. Ia telah mengandung kita selama sembilan bulan dengan susah payah. Ia pula yang sejak kita lahir melayani semua kebutuhan kita, tanpa pernah menghitungnya sebagai jasa. Ia relakan air susunya untuk kita. Ia curahkan kasih sayang sepenuh hatinya untuk membesarkan kita.

  Lalu ,setelah kita dewasa, setelah kita mampu menghidupi diri sendiri, pantaskah kita durhaka dan melupakan jasa-jasa dan kasih sayangnya yang tiada bertepi itu ?
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menghormati Ibu, bahkan meskipun Ibu kita berbeda agama dengan kita. Tidak ada alasan yang membolehkan kita menyimpan dendam kepada seorang ibu. Apalagi jika dendam itu membuat kita melupakan dan meninggalkannya. Berikut kisa yang saya kutip dari majalah Hidayah. semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Aamiin

  Indri, begitu perempuan ini biasa disebut. Bertahun-tahun perempuan cantik ini meninggalkan ibu dan saudara-saudaranya hanya karena dendam yang tidak perlu. Ia merasa sakit hati karena pernah dituduh ibunya menjadi penyebab kebakaran rumah mereka.

  Dulu, sebelum Indri berpisah dari ibu dan saudara-saudaranya ia tinggal bersama mereka. Namun suatu hari rumah itu mengalami musibah kebakaran. Entah bagaimana ceritanya, Indrilah yang diruduh menjadi penyebab kebakaran itu. Tetapi gadis yang terkenal berwatak keras itu tersinggung berat. Ia tidak terima dan memilij keluar dari rumah dan tinggal sendiri tanpa ibu dan saudara-saudaranya.

  Selain peristiwa kebakaran itu, Indri punya dendam yang lain. Ia benci pada ibunya karena sang ibu beberapa kali menikah dengan laki-laki yang berbeda. Dari tiga anak yang dimiliki ibunya, semuanya memiliki ayah yang berbeda. Ini pula alasan Indri membenci ibunya.

 Selepas berpisah dari ibu dan saudara-saudranya, kehidupna indri layaknya burung lepas. Ia masuk ke dunia malam dan bekerja sebagai waitress atau pelayan di klab malam elit dan terkanl di Jakarta Utara. Profesi tersebut membuatnya berkenalan dengan ratusan jenis laki-laki daru berbagai kalangan.

 Didukung oleh kecantikan dan pesona yang dimilikanya, tidak sulit baginya untu menggaet siapa pun tamu yang datang. Tak jarang hubungan di lokasi kerja berlanjut hingga di luar kerja. Tak terhitung berapa lelaki yang sempat dan berhubungan dengannya.

 Dari pekerjaan itu dia bisa mengumpulkan uang dan kekayaan yang cukup berlimpah. Dalam beberapa kejadian dia sering memerankan diri sebagai istri simpanan para tamunya tanpa didasari oleh pernikahan dan unsur cinta layaknya hubungan laki-laki dan perempuan.

 Dendam yang sangat kental terhadap ibunya membuatnya buta mata dalam menjalani hidup. Berkali-kali ibunya memohon maaf atas peristiwa kebakaran itu dan menjelaskan keputusannya menikah lagi . Ibunya juga memohon agar putri sulungnya tercintanya segera menginsyafi perbuatannya. Ia mengajak Indri untuk berkumpul bersama lagi. Namun hal ini tidak membuat hati Indri luluh dan kembali ke rumah.

  Dipuncak kehidupannya, dia sama sekali tidak mau diusik dalam urusan kehidupan peribadinya termasuk hubungan dengan banyak lelaki. Saat itu uang bukanlah masalah lagi. Mobil, perhiasan, perabotan rumah , tanah, dan kekayaan lalinnya banyak yang dia peroleh dari lelaku yang memanfaatkan kecantikannya.

  Serasa di atas awan, Indri benar-benar menikamti hidupnya. Di linkungan sperti itu, judi, zina, minuman keras, dan keahlian berbuat bohong sudah menjadi kehidupan sehari-hari, dia selalu menyempatkan diri untuk bermain judi.

  Hobi itu tidak hanya dilakukan di Jakarta saja, namun di tempat-tempat mewah seperti kapal pesiat dan hotel berbintang di luar negeri. Baginya tidak ada tempat yang tidak bisa didatangi, tidak ada barang yang tidak bisa dia beli, ketika dia ingin dia bayar dan dapatkan.

  Pada saat di puncak kejayaannya meraih materi dan gemerlap duniawi, di usianya yang relatif muda, 27 tahun, tiba-tiba peringatan Tuhan datang dalam bentuk penyakit. Dokter mendiagnosanya menderita kanker payudara yang cukup ganas.

  Bukan merenung dan menginsyafi kehidupan kelamnya, diagnosa dokter itu malah motivasinya untuk mencari uang lebih banyak lagi. Dia manfaatkan hubungannya dengan banyak lelaki untuk meminta belas kasihan mereka agar mau membiayai pengobatan penyakitnya itu.

  Setelah berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mengobati penyakitnya, akhirnya operasi terhadap penyakitnya itu pun sukses dilakukan. Hasilnya, ia mampu beraktivitas seperti biasa, sementara perseteruan dengan ibunya masih terus berlanjur.

  Penyakit yang dideritanya rupanya belum cukup untuk membautnya jera. Indri masih merasa menjadi seorang wanita cantik yang berada di atas awan. Lingkungunnya tidak berubah sama sekali. Hubungannya dengan banyak laki-laki masih terus berlanjut, seolah tidak ada kejadian yang berarti.

  Kebiasaannya bermain judi pun semakin mahir dikuasainya. Dari berbagai kesempatan sering dia memperoleh keuntungan yang tidak sedikit. Bahkan dia sering dititipi jumlah uang oleh teman-temannya untuk dipertaruhkan di meja judi.

  Seiring perjalanan waktu, usia Indri pun bertambah. Lambat laun kulitnya berubah menjadi pucar karena bertahun-tahun hidup di malam hari dan jarang sekali besentuhan dengan  siang atau cahaya matahari.   Kecantikannya surut sangat cepat bahkan sepertinya tidak sepadan dengan umurnya. Pra tamunya lambat laun mulai mengundurkan diri, satu persatu mulai menjauh dan mencari pengganti yang lebih cantik dan muda. Hal itu jelas berdampak pada pendapatannya yang sangat menurun jauh.

  Sebenarnya Indri pernha menikah dengan seorang lelaki biasa, tetapi mereka bercerai karena suaminya tidak tahan dengan profesi Indri yang tidak mau ditinggalkannya.

  Indri harus melalui hidup sendiri lagi. Anehnya, penyakit yang pernah dideritanya kini kambuh kembali. Berkali-kali ia harus berobat ke dokter, meskipun tidak ada jaminan bahwa penyakitnya akan sembuh total.
  Hingga suatu hari, terjadi sebuah pristiwa yang sebenarnyta adalah bencana alam biasa, tetapi benar-benar membuat Indri harus merenung dan menangisi hidupnya.

  Ketika itu , Februari 2002, Jakarta dilanda banjir dahsyat. Sebagian besar Jakarta direndam banjir,
bahka............


Hanya seorang siswa yang mencari kegiatan bermanfaat dari pada menghambur-hamburkan uang untuk kegiatan yang tidak jelas dan tidak bermanfaat

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon